|   Kelahiran   | 
               
			   
                |  Minggu, 20 Januari 2008  | 
               
              
                Kelahiran Yang Kedua Kali
  17 Januari 1992 dalam naungan Capricornusku dengan penjagaan sang Jibril dan kepakan sayapnya yang basah terpercik isak tangisanku yang pertama tuk terlahir kedunia.
  Tuhan telah merencanakan kelahiran ini.
  Dilewatkan dari anak adam dan hawa tuk menjemput masa tuanya.
  Diberi kesempatan dan kehendak dari Allah untuk memanjangkan nafas dan menghirup wangi cinta serta getir pengorbanan yang sengaja dipikulkan padanya,
  Pada bayi mungil itu.
  Kemegahan dan keagungan kuasa tuhan membangkitan dan mempertemukan mereka dari perbedaan latar belakang yang hakiki dan keegoisan isi hati yang enggan dibagi.
  Tiada satupun yang luput darinya
  Kecuali dengan kuasa tuhan pula menyatukan perbedaan dalam satu harapan
  Yakni.....”Cinta”
  Nyanyian tangis yang ia derukan benar-benar memukau setiap insan.
  Bahkan lebih memukai dari seuntai kalung mutiara.
  Senyum kecil yang terkembang dari bibirnya begitu manis.
  Bahkan lebih manis dari sebatang Lollypop. 
 
  Arti sebuah kehadiran baginya adalah tanggung jawab.
  Atas penantian yang teramat panjang.
  Akan banyaknnya pengorbanan yang harus dibuang.
  Aku yang lahir dari kegemilangan cinta dan deru nafas para pemuja dunia,
  memiliki segalanya,
  Semuanya.
  Hingga tak sanggup dipertahankan dan gugur  sebab tak berteman.
 
  Jika nanti ia tumbuh dewasa.
  Andai esok bintang itu menampakkan kecermelangannya.
  Seumpama lusa sayapnya tumbuh dan terbang tinggi,
  hingga ia terlempar pada suatu keadaan yang terlampau pilu.
  Maka.....
  Hati ini bukan untuk dipelihara
  Jiwa ini bukan tuk dikekang terpenjara.
  Sebab aku.......
  Aku adalah simbol kebebasan.
  Bagi diriku,
  Bagi mereka yang sudi mendengarkan rayuanku.
 
  Apakah aku.....
  Bintang senja yang tumbuh dalam ketidakpastian harus terpelanting pada sebuah hamparan padang rumput tak bermusim
  Apakah aku.....
  Jiwa muda senantiasa mengharapkan keberhasilan yang mudah dan terus menginginkan kegagalan tak menyentuhku,ditakdirkan tuk terus mengepalkan tangan sementara keraguan membuatku jenuh.
  Dan apakah aku harus pasrah tuk terus dipaksa agar tak tahu,
  Bagaimana harus bergembira di musim panas.
  Supaya aku tak mengerti cara mengeluh di musim dingin.
  Agar aku tak paham makna tertawa di musim semi.
  Dan aku...
  Bintang senja itu tak sanggup mengartikan tangis dimusim gugur.
  Betapa aku, pemuda lajang yang malang.
 
  Biar jam pasir di sudut kamarnya,
  Mendidiknya sampai habis kesempatan tersisa.
  Dan menjadikannya kilau, karena kilau itu adalah awal.
  Menjadikan ia cahaya,sebab Cahaya itu adalah arah.
  Menjadikannya sinar, karena sinar itu bagaikan kanvas.
  Serta agar dibentangkan kanvas itu,
  Biar merah, kuning ,biru, hitam serta warna indah dari sisi dunianya yang lain membuat kanvas putih polos itu jadi penuh tawa, berlinang tangis
  Agar pada akhirnya sesorang cucu adam yang lain bersedia mengaluni setiap sudut hati yang telah mati dengan hentakan melodi kerinduan serta nyanyian cinta sendu.
 
  Dan dia  sang kekasih...
  Bersedia menghadirkan padanya airmata kesedihan yang menyucikan hati.
  Hati yang suci kan mengundang seulas senyum.
  Sebab senyum sang kekasih bagiku adalah alasan hari ini tuk tetap bernafas dan hasrat agar terus mencari kesungguhan cinta sejati senantiasa terjaga.
  Agar nanti masih dapat kukumandangkan dihadapan banyak orang.
  Dan esok bisa diucapkan banyak orang.
  Tentang cinta yang tak pernah pulang.
  Akan rindu yang enggan kembali.
  Mengenai kasih tak sudi singgah ke rumah tuaku, di tengah gurun gersang tak bertuan.
 
  Adalah saat-saat ia mencari siapa...?
  Apa...?
  Dimana...?
  Kenapa...?
  Kapan...?,dan
  Bagaimana kelak dirinya berpijak diatas pendirian yang selalu dipertahankan
  Dan berdiri dia atas janji yang  tak pernah dapat dirasakan,manisnya pengkianatan dan begitu indahnya bila janji itu diingkari.
  Namun bukankah itu semua penghabisan seluruh penantikanku?
  Kini aku tlah tumbuh menjadi sebuah bintang
  Sebuah kemilau kecil diantara pekat selimut petang.
  Dan berjuang menapaki kabut senja tak terang mencari sebelah rusuknya yang hilang.
  Mendapati seorang kekasih yang begitu tulus mencintainya adalah impian.
  Tapi tanpa sadar sesungguhnya ia telah terlena, terbuai, dan terkulai bersama mereka orang-orang yang telah gagal.
  Terus mencari bunga kecil penuh duri yang tak mudah tuk dipetik agar tak mudah pula dicampakkan.
  Sang bintang senja kini hanya bisa duduk terdiam.
  Memandangi awan gemawan dan membiarkan fajar berganti malam dan kembali ia menikmati siraman embun kala esok menjelang
 
  Hingga hari ini
  Masih kudengar nyanyian hujan, diantara hamparan ilalang gersang.
  Nun disana,
  Di tengah gemuruh tak terjamah,
  Di keheningan taman bunga kematian yang didalamnya terkubur jiwa dan kenangan yang dulu diberikan olehnya padaku.
  Diberikan hanya untuk aku.
  Ditakdirkan sepenuhnya untuk menjaga sepanjang malamku.
  Ketika aku mencoba berlari, tiada ingin kusembunyi.
  Dan dia...
  Yang dulu menghadirkan di hadapanku sebuah janji
  Tentang perihnya onak duri,
  Akan manisnya rasa benci.
  Sedangkan aku kini sekedar bintang senja yang redup.
  Setelah dicampakkan petang yang tak kunjung menjelang,
  Hanya sanggup menikmati keyataan sendiri masa kecilku telah usai.
  Masa mudaku telah pergi percuma.
  Dan masa tua menanti diujung lorong dengan wajah suram.
  Bunga yang dulu aku tanam sendiri kini berguguran layu karena tak seorangpun enggan basahi.
  Hingga ketika ia datang membawa secawan air mata kerinduan dan seulas senyum agar kelopak dan tangkainya yang tegar, tetap terjaga meski terhina.
  Selama jalinan ini tetap kau ingini tak kan kubiarkan seorangpun membuatnya ternoda, meski hanya setitik nila.
  Sekalipun mereka mengambil pengelihatanku,
  Masih dapat kunikmati melodi kerinduan yang dihantarkan angin kegalauan berisi desahan lembut dari sang kekasih.
  Seandainya mereka menyumpal kedua telingaku, maka
  Masih bisa kuhirup nafas panjang mewangi aroma tubuh dan keharuman bunga di taman hatinya, Taman Surga.
  Jika udara ditiadakan, maka
  Aku akan hidup dengan jiwaku karena harapku putri sang cinta dan keindahan.
 
  Sesungguhnya esok bukanlah kelanjutan dari hari ini,
  Karena aku kekasih dari sang maut yang dipilih sebagai akhir.
  Agar perjalanan senja menghadirkan sebuah kenangan
  Bukannya linangan airmata penghias tangis dan bukan pula sebatas lirikan, perkenalan , ciuman pertama ,perkawinan dan pilihan akhir bukanlah perpisahan. Sebab kemarin adalah kesalahan
  Bukan pengakuan atau penyesalan yang enggan dibagi dan bukan pula seurat rindu yang patut dibinasakan.
  Jadi mengapa jalan ini yang harus kutapaki sendiri?
  Dan sesungguhnya hari ini adalah sinar redup bintang yang penghabisan.
 
 Label: Poem (Read The Rest Of This Entry...) | 
               
              
                posted by Little Moron @ 16.31        | 
               
              
                | 
                    
                    
                 | 
               
			    
					  	
			     | 
   
             			
            
            
			
    
	
	             
              
                |   Dari Lebaran Yang Lalu...   | 
               
			   
                |  Rabu, 10 Oktober 2007  | 
               
              
                Perbedaan Hari Lebaran,Antara Ideologi dan Toleransi
  Hari Raya Iedul Fitri memang telah lewat beberapa waktu yang lalu. Namun, semarak suasana dan dampak yang diakibatkannya masih jelas terbayang di benak kita. Mulai dari fenomena mudik, dan perputaran ekonomi ketika lebaran yang begitu cepat, sampai penentuan jatuhnya satu syawal yang menuai pro dan kontra. Apabila hari raya idul fitri pada tahun-tahun sebelumnya hanya terjadi dua perbedaan yaitu antara NU dan Muhammadiyah. Pada tahun ini empat versi lebaran muncul dari beberapa kelompok ormas dan komunitas. Bahkan yang terakhir yaitu kelompok yang keempat, baru melaksanakan shalat Idul Fitri pada hari Minggu (14/10). Mereka adalah sebagian warga Dusun Kalianyar, Desa Sumbersuko, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.
  Mereka berpendapat demikian lantaran didasarkan pada perhitungan kalender Islam yang bersumber dari kitab Mujarabat kuno (Primbon Jawa). Karena menurut Imam yang memimpin Salat Id, Ustadz Rasuli,mereka sejak dulu sudah berpedoman pada Mujarabat. Kelompok yang lainnya adalah jemaah An-Nadzir. Dengan sekitar 300 anggota jemaah, mereka melaksanakan salat Id di lapangan tepi Danau Mawang, Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Pada hari Kamis (11/10) lalu.
  Jemaah ini dapat dengan mudah dikenali dari jubah dan sorban warna hitam serta ikat kepala warna putih yang mereka kenakan. Dan juga dari rambut mereka yang dicat warna pirang dan agak kekuning-kuningan. Ajaran yang masuk ke Gowa melalui Syech Muhammad Al Mahdi Abdullah, imam kaum An-Nadzir pada tahun 1998 ini, tidak hanya berasal dari Gowa, jemaah An-Nadzir juga datang dari Kota Palopo, Makassar, Nusa Tenggara, dan Toli-toli.
  Menurut penanggung jawab jemaah An-Nadzir yang juga bertindak sebagai imam salat dan khatib, Ustadz Lukman A Bakti mengatakan kelompoknya menjalankan salat Id ini dengan mengambil rujukan gejala alam seperti air laut pasang penuh. "Ketika laut pasang, itu berarti bulan dan matahari berada pada posisi sejajar," jelasnya dan ia menambahkan bahwa gejala alam ini didukung tanda-tanda alam lainnya seperti bulan tsabit yang sudah tidak nampak sejak Rabu (10/10) sekitar pukul 2.00 dini hari.
  Sebenarnya pandangan kelompok An-Nadzir ini tidak begitu mengejutkan karena pada tahun sebelum-sebelumnya mereka juga menjadi kelompok yang paling awal menunaikan Shalat Id dibandigkan dengan pemerintah dan kelompok ormas islam yang lain
  Versi selanjutnya yaitu versi kedua adalah versi yang diyakini oleh Jamaah Muhammadiyah. Mereka melaksanakan Shalat Id pada hari Jum’at (12/10).Hal itu sesuai maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang menetapkan 1 Syawal 1428 Hijriyah jatuh pada Jumat, 12 Oktober. Penetapan yang tertuang dalam maklumat bernomor 03/MLM/I.0/E/2007 itu berdasarkan sistem hisab hakiki wujudul hilal yang dijadikan pedoman oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
  Sedangkan versi ketiga yaitu yang dilaksanakan NU bersama Pemerintah. Pemerintah melalui Menteri Agama Maftuh Basyuni menetapkan 1 Syawal 1428 H jatuh pada Sabtu (13/10). Keputusan itu diambil dalam Sidang Isbat di Jakarta, Kamis malam, yang melibatkan sejumlah ormas Islam dan diikuti para utusan sejumlah negara sahabat. Menurutnya, dari sedikitnya 40 titik pantau hilal (bulan) mulai bagian barat (Aceh), tengah (Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi), dan timur (Papua), hilal masih terlihat di bawah ufuk. “Dengan demikian puasa digenapkan menjadi 30 hari,” kata Maftuh.
  Sedangkan versi terakhir yang tak lain adalah versi keempat adalah penentuan 1 Syawal yang dilaksanakan warga Dusun Kalianyar, Desa Sumbersuko, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, yang baru menunaikan salat Id, Minggu pagi. Salat Id yang digelar di musala Dusun Kalianyar ini diikuti 100-an jemaah. Mereka berkumpul sejak pukul 06.00 WIB, sembari mengumandangkan takbir. Pukul 07.00 WIB, Salat Id dimulai dipimpin Ustadz Rasuli, dan sebagai khatib Ustadz Abdullah.
  Munculnya empat versi penentuan jatuhnya satu syawal tahun ini memang menuai berbagai tanggapan dari masyarakat.
 Label: Article, Assignment, News (Read The Rest Of This Entry...) | 
               
              
                posted by Little Moron @ 21.00        | 
               
              
                | 
                    
                    
                 | 
               
			    
					  	
			     | 
   
             			
            
            
			
    
	
	             
              
                |   Akhirnya Kudapatkan Jawaban   | 
               
			   
                |  Jumat, 05 Oktober 2007  | 
               
              
                Akhirnya Kudapatkan Jawaban, Tapi Menyakitkan
 
  Terlempar ku dikelamnya malam
  Terlelap diriku dalam angan
  Segala ingin yang tersimpan dihati
  Ingin kulucuti duka yang menusuk sukma
  Kupungut satu asa yang coba balut luka
  Resah dihati bawalah pergi
  Dan izinkan aku menembus awan
  Ingin kurasa indah arti cinta
  Puing rasa dalam dada kemana kulabuhkan semua
  Yakinkan hatimu tuk terangi jiwaku
  Buka mata hatimu dan rasakan indah 
  Kau adalah bunga yang ingin Kupetik
  Yang akan selalu semerbak ditiap nafasmu
  Jadikan diriku yang lusu sebagai ‘Bintang’ yang terangi anganmu yang kosong
  Terangnya sinarku yang ingin kaurasa dalam rindu.
  Kujadikan dirimu ‘Bungaku’ yang terindah
  Kan selalu hiasi hati dan memberi arti
  Tapi kini hanya cerita yang lalu
  Berlalu bersama luka yang ia tanamkan padaku
  Namun sekarang semua berakhir
  Bersama dengan perih yang tlah ia ukir
  Begitu perihnya, ketika ia dulu membuatku menangis
  Dan ia pun tak tahu
  Begitu sakitnya saat aku tersiksa oleh rindu yang ia ciptakan
  Tapi lebih pedih lagi saat aku sadari
  Bahwa cintanya tak pernah kumiliki
  Bahkan dihatinya tak sedikitpun ada cinta atasku
  Betapa bodohnya aku
  Terlalu berharap pada harapan-harapan palsu
  Begitu menginginkan mimpi-mimpi yang tak pernah terjadi
 
  Dialah manusia yang memuja dan mendewakan cinta 
  Dan dialah yang juga diperbudak oleh cinta 
  Tak tahu dengan apa ia mengartikan sebuah keikhlasan dari cinta 
  Yang diketahuinya adalah bagaimana cinta itu mewarnai hidupnya dengan tawa
  Dia yang tak memahami arti sebuah tangis
  Dan tak faham akan arti sebuah pengorbanan
  Dia juga yang tak yakin akan sebuah kepercayaan
  Menjalani hidup tanpa tahu rencana masa depan 
  Mengukur kebahagiaan dengan keindahan hari ini 
 
  Setelah semua yang ada padaku direnggut olehnya
  Habis sudah harapanku untuk mendapati cinta
  Remuk…….
  Kehormatanku telah diodai oleh kebohongannya
  Apakah aku terlalu menyayangi dia?
  Hingga aku tak sadar akan bom waktu yang tertanam dalam jiwa
  Apa aku terlambat untuk menyadari
  Akan kehadirannya yang aku ingini
 
  Akhirnya aku dapatkan jawaban atas pertanyaan yang aku pendam
  Jawaban atas teka-teki yang ia berikan
  Adakah Cinta dihatimu?
  Pernahkah hatinya memikirkanku
  Selama ini alasan-alasan yang ia hadirkan
  Tak begitu mampu menenangkanku
  Tidak pula dirinya
  Yang haus kasih sayang seorang Pria
  Aku Malu…..
  Aku Takut……..
  Aku malu akan keadaan
  Aku takut akan jawaban yang ia berikan
 
  Setelah sekian lama ia diam 
  Kini terbuka mulut manisnya yang selama ini bungkam
  Pandangannya memabukkan
  Entah apa yang hendak ia muntahkan
  Menyayat pilunya jiwa
  Diakah Kekasihku ?
  Yang pergi saat dunia menjauh
  Henyak aku dibuatnya
  Akan jawaban yang membuatku gila
  Aku begitu hancur dengan kata yang ia ucapkan
  “Lebih Baik Kita berpisah saja ya”
  Itulah Peluru yang menembus jantungku
  Dan kini tertanam menunggu waktu
  Menanti akan kematianku
  Masih terasa taring yang tertancap di leherku
  Setiap saat membuatku  menangis
  Setiap hari menghadirkan perih yang tiada berhenti
 
  Masih bisakah aku menangis?
  Jika air mataku tlah kering !
  Masih dapatkah aku mendengar?
  Jika Resah jiwaku tak dapat kusuarakan!
  Masih dapatkah aku tegar?
  Jika bangkitnya aku selalu dijegal!
  Masih dapatkah aku jadi lilin?
  Jika aku sendiri yang nantinya akan hancur!
  Masih bisakah aku mengartikan Dirinya ataupun mereka?
  Jika ia hanya menganggapku penghibur luka!
  Tidak mengertikah mereka?
  Bahwa aku juga ingin mereka tahu,
  betapa berat beban diotakku!
 
  Bukan bagaimana kau membenciku, 
  Tapi bagaimana kau memaafkan diriku.
  Mencintai dan menyayangi 
  Bukan bagaimana kau membaca dan mendengar kalimatku
  Melainkan bagaimana kau memahami maknanya. 
  Mencintai dan menyayangi 
  Bukan bagaimana kau melihat apa yang ada padaku,
  Tapi apa yang kau rasakan saat ada dan tak ada aku.
  Mencintai dan menyayangi 
  Bukan bagaimana kau melepaskan aku,
  Namun bagaimana kau mempertahankan aku.
 
  Lagu itu menggoda
  Menyegarkan kenangan yang dulu sirnah
  Alunan musik itu membahana
  Melukiskan cinta kita yang teramat indah
  Lirik itu hangat dijiwa
  Sehangat pelukanmu
  Kecupan itu masih terbayang
  Ketika pertama kalinya kau melenggang
 
  Yach, mungkin itulah hal terbaik yang dapat kita lakukan.
  Biar lembar hitam & putih masa lalu menyingkir dari hidupku.
  “Maaf”
  Itulah kata terakhir yang dapat kauucapkan.
  Jika kau anggap adanya aku adalah suatu beban,
  Maka biar ku menjauh dari hidupmu.
  Tapi percayalah,
  Kau telah ajari aku banyak hal.
  Biar benalu ini pergi !
  Dan menitih hari harinya tanpa tangis dan penyesalan.
  Andai akulah duri yang selalu melukai hatimu,
  Maka duri itu akan enyah dan lenyap dari duniamu.
  Dan jika hadirku tlah menyulam sebait tawa dalam sajak yang kau titih,
  Maka hanya segores terimakasih yang dapat kulantunkan.
  Aku tak akan pernah lagi bertanya apa salahku,
  Karena aku tahu kau tak akan pernah mau menjawabnya.
  Yang salah hanyalah aku manusia bodoh yang selalu buatmu luka.
  Andai saja aku dapat menyadarinya lebih awal
  Akan cinta yang tak pernah kau miliki
  Tentang kebohongan yang kau buat selama ini
  Entahlah, Mungkin aku memang pantas mendapatkannya.
  Jika suatu saat kau ingin kembali
  Atau ada yang lain hadir di hati
  Atau mungkin Engkau
  Apa ia bisa menghapus perihku?
  Bisakah ia membingkaiku dan tak menyakitiku?
  Sanggupkah Ia menghadirkan rasa percaya akanku?
  Dan aku tak lagi egois karenanya
  Selamanya aku masih mengharapkanmu Adinda.
  Jika kepergianku bisa buatmu damai ,
  Maka kupinta satuhal,
  “Jangan menyesal mengenal aku”
 
 Label: Poem (Read The Rest Of This Entry...) | 
               
              
                posted by Little Moron @ 22.38        | 
               
              
                | 
                    
                    
                 | 
               
			    
					  	
			     | 
   
             			
            
            
			
    
	
	             
              
                |   Ketika   | 
               
			   
                |  Kamis, 04 Oktober 2007  | 
               
              
                Aku , kertas putih yang salah tinta
  Aku , hamparan langit yang suka akan kegelapan
  Dan aku sebuah aliran air yang kotor
  Karena aku manusia yang tak pernah mengenal – MU
  Jika dulu aku meludahkan kata-kata kotor dihadapanmu
  Maka kini aku belajar berdzikir mengingat kebesaranmu
  Kusadari ……
  Hidup yang kujalani selalu membosankan 
  Waktu yang kualami terlalu dibuat – buat
  15 tahun yang kuhabiskan begitu percuma
  Bebasnya pergaulan selalu membuat ku berkata “ Aku belum puas “
  Dosa dan Dunia jadikan aku lupa akan akhirat
  Aku lelah………
  Aku lelah………
  Aku lelah………
  Ingin kutepis semua
  Tapi pantaskah aku disana ,
  Ditempat Tuhan tuk bersujud dan berlindung padanya
  Kotor… kotor…
  Aku lebih kotor dari sampah
  Jika ada kesempatan tuk mengulang hidup
  Kan kuabdikan diri ini dalam kuasamu , Tuhan !
  Andai satu bulan ini menjadi bulan terakhir hidupku
  Adakah sudi engkau menerima Taubatku...?
  Berhari-hari aku aku merindukanmu
  Berbulan lamanya memendam harapan bertemu denganmu
  Marhaban Ya.. Ramadhan
     Akulah manusia yang memuja dan mendewakan cinta
  Dan Akulah yang juga diperbudak oleh cinta
  Tak tahu dengan apa aku mengartikan sebuah keikhlasan dari cinta
  Yang diketahui adalah bagaimana cinta itu mewarnai hidupku dengan tawa
  Padahal Seharusnya semua itu tak melebihi cintaku pada-Mu
  Aku yang tak memahami arti sebuah tangis
  Dan tak faham akan arti sebuah pengorbanan
  Aku juga yang tak yakin akan sebuah kepercayaan
  Menjalani hidup tanpa tahu rencana masa depan
  Mengukur kebahagiaan dengan keindahan hari ini
  Padahal Seharusnya air mata ini haya kuteteskan pada-Mu
  Dan Sekarang tibalah waktuku tuk kembali bersujud dihadapanmu
  Kini saat yang tepat tuk mengakui dosa-dosaku
 
  Tuhan … aku lelah !
  Ingin kupergi tanpa satuhalpun yang membebani aku
  Ingin ku berlari tanpa ada yang mengejarku
  Ingin aku berjalan  dengan langkah tenang tanpa satu tuntutan
  Tuhan…
  Kenapa ku jadi seperti ini ?
  hanya dapat terdiam meratapi yang terjadi
  Kegalauan yang indah
  Kepiluan yang sebenarnya sama sekali tak pantas aku banggakan
  kesendirian pula yang begitu mengoyak jiwa ini
  badai itu datang tanpa permisi
  beban ini menepuk punggungku secasa masal
  dua pilihan yang begitu sulit bagi aku
  dua pilihan pula yang pernah membuatku tertawa dan menangis
  Kedua pilihan itu aku butuh dan membutuhkan aku
  Tuhan…
  Bagaimana mungkin ku memilih satu diantara keduanya ,
  Jika satu pilihanku nanti akan menggoreskaan luka pada yang lainnya
  Kebenaran ataukah kebohongan-kebohongan yang selama ini terus aku lakukan
  Yang tak mau untuk kehilangan aku
 
  Tuhan… kaulah yang lebih tahu daripada aku
  kaulah yang jauh lebih faham yang terbaik untuk ku
  Tuhan , aku tak akan menuntut apa apa untuk diriku !
  Aku hanya ingin Sekali mengucap taubat padamu ,
  Jika matahari dan bulan dapat seiring sejalan ,
  Lantas mengapa aku harus berjuang sendiri
  Tuhan…Awal semua ini adalah aku!
  Bulan suci ini yang aku harap bisa meghapuskan dosa,
  Tapi mengapa selanjutnya aku terus melakukan tindakan-tindakan bodoh
  Kenapa aku harus mengulangi kesalahan yang sama
 
  Tuhan…Jika kedatangannya adalah yang terahir
  Aku ikhlas
  Aku Rela
  Tapi aku tak ingin ini jadi terakhir kalinya aku menyebut namamu
  Terakhir kalinya aku bersujud di tempatmu
  maka izinkan ku tuk merindumu dalam tulusnya hati ini
  atau….Pabila tak bisa tuk nantikan kehadirannya
  Apakah dengan kepergianku
  bisa membuat mereka tahu betapa aku telah membohongi mereka
  Dan maaf darinya akan terucap di akhir senja
  Tuhan jika kepergian ini bisa mengetuk pintu hati mereka …
  Maka ajarilah aku untuk dapat belajar menghargai waktuku
  Yang terakhir ini
 
  Diberikan oleh Tuhan hanya sekali
  Maka jangan sia siakan jika tlah kau fahami
  Ramadhan bulan yang suci
  Diberikan Tuhan hanya sekali
  Agar dapat kau isi dengan warna yang penuh arti
  Ramadhan yang mungkin terakhir kali
  Diberikan Tuhan hanya sekali
  Sebagai bukti cinta NYA padamu
  Ramadhan pengobat hati
  Diberikan Tuhan hanya sekali
  Agar dapat bersyukur atas nikmat NYA
  Ramadhan yang penuh arti
  Diberikan Tuhan hanya sekali
  Dan yakinilah banyak kelebihan yang ada padanya dan tak lagi aku pungkiri
 
  Wajah luguku tertutup puja dunia
  Senyum tanpa dosa yang ada adalah selimut dusta
  Diakah kawanku yang dulu mengiringiku
  Yang kala itu tertawa dan menangis denganku
  Bersama-sama mengukir
  Sobat tanpa ukiran sajak nyata
  Menggoreskan cerita dusta
  Menyayat pilunya jiwa
  Diakah Kawanku ?
  Yang pergi saat dunia menjauh
 
  Masih bisakah aku menangis?
  Jika air mataku tlah kering !
  Masih dapatkah aku mendengar?
  Jika kesah jiwaku tak dapat kusuarakan!
  Masih dapatkah aku tegar?
  Jika bangkitnya aku selalu dijegal!
  Masih dapatkah aku jadi lilin?
  Jika aku sendiri yang nantinya akan hancur!
  Masih bisakah aku mengrtikan mereka?
  Jika mereka hanya menganggapku penghibur luka!
  Tidak mengertikah mereka?
  Bahwa aku juga ingin mereka tahu,
  betapa berat beban diotakku!
  Waktu mengajariku merenung , terdiam , dan berfikir
  Air mata dan perbuatan hina tlah menghiasi 11 bulan yang lalu
 
  Waktu mengajariku tegar , dan ikhlas menerima cobaan
  Waktu mengajariku makna kehidupan
  Maka waktu mengajariku untuk tidak menyia – nyiakannya
  Tapi kenapa aku menyadarinya saat aku tak punya waktu
  Jika kaulah pengisi waktu ini
  Buatlah kutepis ragu dan tak menemui sesal
  Andai sang waktu ingini aku hancur ,
  Jangan berikan kesempatan itu untuk aku
  Dan ajarilah aku tuk mengisi waktu dengan hal-hal berarti
  Perjalanan senja ,
  Ada yang singgah
  Namun yang satu ini ,
  Terbawa hingga kedada
  Perjalanan fajar ketika mentari tak lagi bersinar
  Aku terperangkap dalam bingkai yang enggan lepas
 
  Tuhan ,
  Mungkinkah tak kan pernah aku tahu
  Sebab kecil yang selalu buatku menangis
  Apa mungkin ini yang terakhir?
  Ya Allah,
  Dapatkah kumengerti,
  Kenapa hanya dapat kulampiaskan dengan tangis ini
  Bagai berkaca diair keruh
  Tak kutahu yang mana bayanganku
  Apa mungkin esok tak ada lagi?
  Ya Allah
  Begitu buruk kah aku dimatamu
  Tak bisakah kuperbuat sesuatu yang dengannya akan menjadikan hamparan cerita tanpa ujung ini berakhir indah
  Sementara aku ragu
  Dan lantas mengapa orang yang mengenalku iri terhadapku
  Apa mungkin di hari kemenangan nanti aku masih bisa tertawa
  Bersama keluarga dan sanak Saudara
  Ya Allah
  Dimanakah dapat kutemui jawaban tangisku
  Jika tlah kau titipkan aku pada mereka?
  Kenapa tak secuil kekagumanpun kulihat dimatanya
  Apa mungkin Kegalauan ini bertahan slamanya
  Ya Allah
  Apakah aku harus diam dan bungkam ?
  Atau aku hanya dapat menunggu ?
  Menanti penambal kegelisahan ini
 
  Dan pabila nanti di penghujung bulan
  Ketika takbir dikumandangkan
  Waktu semuanya mengenakan pakaian terbaiknya
  Saat tak ada lagi belenggu yang memasung mereka
  Pantaskah aku menangis
  Pantaskah aku bersedih
  Ramadhan yang aku tunggu kini tlah berlalu
  Ramadhan itu tlah pergi dan aku khawatir tak bertemu lagi
  Padahal masih banyak kesalahan-kesalahan yang belum aku akui
  Terlalu banyak kesombongan yang belum aku sadari
  Dan begitu tamaknya aku akan dunia
  Akan kesalahan yang membuatku bangga
  Tentang jati diri yang  tak peernah aku temui
  Seandainya bulan penuh rachmat ini berlalu
  Dan setelahnya aku masih saja begitu
  Aku ingin disadarkan melalui mereka yang doanya engau dengarkan
  Hingga tak ada lagi penyesalan andai ia tak lagi datang
 Label: Assignment, Poem (Read The Rest Of This Entry...) | 
               
              
                posted by Little Moron @ 19.37        | 
               
              
                | 
                    
                    
                 | 
               
			    
					  	
			     | 
   
             			
            
            
			
    
	
	             
              
                |   Kembali Aku Bertanya   | 
               
			   
                |  Rabu, 05 September 2007  | 
               
              
                Kembali aku bertanya,Masih Adakah cinta Di hatinya...?
 
  Kenapa aku harus mencinta
  Bila akhirnya kan sakit jua
  Mengapa rindu ini begitu menggelora
  Andai ia tak rasakan yang sama
  Ingin ku berteriak namun tak bisa
  Hempaskan saja duri dan taring yang tertancap di dada
  Adakah ia kini masih menginginkanku
 
  Tercabikku karenanya
  Tersiksa oleh mulut manis yang ada padanya
  Sekarang ia begitu dingin
  Beku dalam salju yang diterbangkan angin
  Kemanakah ia yang dulu?
  Bagaimana Kelanjutan cerita, Si pungguk yang menginginkan Ratu
  Bakar saja seluruh asmara
  Andai kini kau merasa hampa
  Buang semua cinta dan asmara
  Karena ku fikir……….
  Kau memang tak lagi mengharapkannya
  Apakah lagi yang engkau cari?
  Bukankah cinta sejati?
  Atau cinta sesaat dan nanti kan pergi
  Apakah lagi yang kau harapkan?
  Padahal……….
  Lamanya ku menanti cinta darimu
  Tak seperti yang ada dalam benakku.
 
  Kata mereka cinta ini milik kita
  Menurut kita…….?
  Dari mulut mereka terucap pesona
  Sedangkan kita……….?
  Entahlah…………
 
  Cinta yang perlahan mulai terkikis waktu
  Aku harap kembali utuh
  Saat pertama kali kau ucapkan rayu
  Ketika untuk pertama kau mencumbuku
  Akankah mawar yang kujaga agar tetap kuncup,
  Kau kembangkan begitu saja
  Lalu dengan angkuh kau lupakan
  Tak kau sirami………
  Tiada kau cintai lagi
  Kini aku terpuruk dalam tangis dan air mata
  Menanti jawaban akan sebuah Tanya
  MASIH ADAKAH RINDU DI HATINYA………?
 
  Tak berdaya
  Karena kau kini bungkam
  Tak mengucapkan sedikitpun kata
  Lalu,Mengapa dulu kau ucapkan cinta
  Kenapa saat itu kau janjikan aku sebuah tempat
  Yang berkali-kali kau mengatakannya
  Begitu indah hingga memabukkan
  Dan terlalu menyilaukan hingga membutakan
  Apakah langkah yang kuambil begitu jauh
  Apakah harapan yang kutambatkan padamu begitu tinggi…?
  Hingga sayap palsu yang kusulamkan
  Tak mampu membawamu terbang kesana
 
  Entah bagaimana?
  Haruskah musnah?
  Beribu Tanya………
  Berjuta harapan……..
  Meski dalam Tidurku,
  Bayangmu kan selalu datang
  Gelap…….Gelap….
  Padahal cahayamu yang aku harap
  Semuanya buram…..
  Bagai kekaburan yang dalam
 
  Bunuh…….bunuh….
  Seluruh cinta dalam hatimu
  Agar nanti terkubur bersamaku
  Buang …….Buang………
  Setumpuk rindu yang membelenggu
  Biar kau tak lagi terganggu
  Tapi…..
  Pabila kau masih mengharapkanku disini
  Cintai,rindukan,dan sayangi aku
  Seperti yang aku lakukan padamu
  Layaknya yang selama ini kupersembahkan padamu
 
  Henyak aku dibuatnya
  Terpisah dari sang belahan jiwa
  Meskipun sesaat……..
  Tahukah kau bahwa aku tak kuasa,
  Merasakannya
  Atau bahkan sekedar membayangkannya
  Jawab……..Ayo cepat jawab…..
  Apa aku harus terus bertanya sembari menanti datangnya gelap
  Jangan lagi diam
  Karena bisumu tak membuatku tenang
  Puji…..dan terus kau puji…
  Setiap kali kau harapkan aku ada disisi
  Hina…..selamanya kau hina
  Pabila dirimu tengah bahagia
  Haruskah aku menanti lagi
  Pantaskah bila aku menunggu
 
  Kembali aku bertanya
  Pertanyaan yang sama
  Dan tetap kau enggan ucapkan jawabnya
  Aku merasa berat sebelah
  Tolong…….
  Pahami aku sedikit saja
  Bukankah kita mengawali ini bersama-sama
  Dan kini………
  Mengapa kau hendak berkuasa seenaknya
  Aku paham kau menderita karenaku
  Aku mengerti kau bosan karena kebodohanku
  Tapi bukankah semua itu penawar lukamu
 
  Senyummu begitu aku rindukan
  Meski kau ternyata sama dengan yang lain
  Engkau pembohong………
  Pendusta………..
  Lidahmu teramat berbisa
  Tahukah kau bahwa aku begitu mencinta
  Sadarkah bahwa aku tak ingin pisah
  Namun……..,
  Apakah semua itu bisa kau balas dengan pengharapan atasku
  Aku begitu takut kehilangan
 
  Banyak kenangan terukir bersama
  Tentang cinta…..
  Akan hal yang takkan terlupa
  Tapi kini engkau berubah nampaknya
  Tiada lagi dekapan mesra
  Mungkinkah tak tersisa cinta
  Tiada lagi kecupan yang menghanyutkan
  Bahkan senyummu tak kau berikan
 
  Kehadiranmu kini aku rindukan
  Meski tercakar oleh pahitnya bicaramu yang menyakitkan
  Tapi.....
  Akankah semua ini berbalas dengan akhir indah kisahku
  Akankah  tertaut dengan cinta yang palsu?
  Atau mungkin ia telah enggan mengerti Aku
  Aku yang rapuh bagai diterbangkan bersama debu
  Mungkinkah aku telah diperbudak oleh cinta yang aku ciptakan
  Adakah mereka mengerti akan apa yang aku ucapkan
  Sekali lagi aku gagal.........
  Gagal.........
  Dan sekali lagi gagal.........
  Kini apa yang ditinggalkan darinya.......
  Kenangankah?
  Rindukah?
  Atau Cuma khayalan yang setiap kali aku fikirkan hanya akan menelanjangi kehormatanku
  Tiada pernah menyesal
 
 Label: Poem (Read The Rest Of This Entry...) | 
               
              
                posted by Little Moron @ 17.37        | 
               
              
                | 
                    
                    
                 | 
               
			    
					  	
			     | 
   
             			
            
            
			
    
	
	             
              
                |   Tentang Aku   | 
               
			   
                 | 
               
              
                Wahai Cintaku
  Apa kau tahu rasa hatiku
  Hanya kau yang ada di hatiku
  Yang mengajariku apa itu cinta
  Untukmu,diriku ada.
  Tak pernah ku seperti ini
  Rasanya tak terbendung lagi
  Ingin kau tahu aku ingin memilikimu
  Pasti kau bingung soal ini
  Rasa cinta ini adalah untukmu….
  Sungguh……….
  Enggan diriku tuk berada tanpamu
  Teruslah kau temani diriku
  Yang selalu mengharapkanmu
  Oleh karena itu kuingin kau untukkuLabel: Poem (Read The Rest Of This Entry...) | 
               
              
                posted by Little Moron @ 17.36        | 
               
              
                | 
                    
                    
                 | 
               
			    
					  	
			     | 
   
             			
            
            
			
    
	
	             
              
                |   Sebuah Tanya   | 
               
			   
                 | 
               
              
                Sebuah Tanya, Adakah Cinta Di hatinya......?
  Gadis kecilku…….
  Tertawa hatinya meski bisu
  Sinar matanya tak pernah berdusta
  Dan menuliskan sebuah kata
  “ Ketulusan cinta dalam dada ”
  Kepolosan , Kelemahan, dan kecerewetanmu
  Warnai indahnya dunia
  Gadis kecilku…
  Kukuhkan hatimu sebar wangi bunga
  Dan hiasi bumiku
  Kutulis bait ini dalam tangis dan kegelisahan
  Dari sebuah senyum dalam pesakitan
  Tentang kesetiaan yang diagungkan
  Tentang kesalahan yang tak mau untuk diperbaiki
  Tentang penantian yang dipermainkan waktu dan keadaan
 
 
  Ketika hatinya berbicara tentang aku
  Aku yang selalu mencoba tuk belajar agar hatinya tak kecewa
  Tapi, bisakah pengorbanan ini dibalasnya dengan pengharapan atas aku?
  Hati yang dulu ia inginkan ada padaku
  Adalah hati yang selalu ada namanya disana,
  Namun ketika hati dan jiwa ini telah terpasung oleh sosoknya
  Pantaskah jika ia ingin pergi menjauh dan menggantikan aku dengan yang lain?
  Hatinya yang dulu ku miliki
  Masih bisakah aku berharap hanya aku yang ada didalamnya?
  Andai saja aku tahu apa yang ada dipikiranya
  Mungkin aku tak akan sebingung ini
  Misalkan saja aku mengerti siapa yang ada dihatinya
  Mungkin aku tak akan secemas ini
  Tuhan,… andai saja aku bisa menghentikan waktu
  Aku ingin berlari dari semua ini
  Jauh… jauh… dan jauh tanpa ada yang tahu dimana aku berada
  Dia… dia… dia… kenapa harus selalu ada dia dihati ini
  Janji janji yang pernah ia katakana begitu lekat
  Mimpi mimpi yang ia lukiskan benar benar manis
  Namun entah hatinya?
  Dia yang mengajariku untuk selalu mencintainya
  Dia yang ajarkan aku tuk setia padanya
  Dia juga yang membuatku meninggalkan mimpi mimpi yang tak lagi bisa kuwujudkan
  Tuhan,… apa balasan yang ia berikan padaku nanti?
  Getar itu lembut dalam dada
  Tatapan itu meresap kejiwa
  Kenapa harus saling menyakiti
  cinta ini kita yang cipta
  Nyatanya impian tlah diketahui bersama
  Betapa dalam rasa cintamu
  Dan teramat tulus rasa cintaku
  Jika impian itu masih ada
  Berhentilah menyakiti diri sendiri
  Dan tanyakan pada hatimu
  Bahwa cintamu pengikat cintaku
  Adakah darinya untukku
  Inilah aku yang mencintaumu
  Senandung ini kupersembahkan hanya untukmu
  Ya…hanya untukmu
  Apa aku tak pantas menikmati indahnya
  Hinakah aku bila memilikinya
  Dimensi yang memuja tak mampu bersuara
  Warna eloknya tiada lagi dapat terbaca
  Inilah aku yang mencintaimu
  Fanatisme cinta membutakan mata, memekakkan telinga
  Inilah aku yang mencintaimu
  Dan ketahuilah
  Apa itu CINTA?
  Yakinkah engkau bahwa mereka itu ada?
  Ataukah, cinta hanyalah bisikan para pujangga
  Nantinya hanya bisa diucap
  Tapi tak mampu kau temukan artinya
  Inilah aku yang mencintaimu
  seandainya kau dapat mengerti
  misalkan yang kau fikirkan dapat mengartikan semua ini
  tak peduli,
  dulu..........,
  kini........................,
  ataupun nanti...............!
  Walaupun Aku Hina Yakinlah Untukku,
  Kau beserta dalamnya
  Kebisuan malam nenggoda
  Hembusan bayu menyapa
  Merangkulku pada sebuah Tanya
  Sedang apa kau disana ?
  Bungkam dan aku diam tanpa bahasa
  Hanya hayal dan bayangmu turut serta
  Ingin kuberharap kau disini
  Temani aku mengikis rindu
  Entah … dan entah aku tak tahu
  Getar apa yang kau petik untuk aku
  Yang kuyakini rindu ini untukmu
  Rasa ini terlalu indah
  Rasa ini begitu megah
  Rasa ini terasa menyebar bahagia
  Rasa ini sebuah cinta
  Membenihkan sayang
  Membungakan rindu
  Dan mencipta secelah harapan warna yang begitu cerah
  Kemarin , saat ini dan nanti rasa itu milikmu
  Ketika Ia Brejelaga
  Senyum ini makin bermakna ….
  Hati ini tenang dibuatnya………
  Fikiran ini terarah karenanya…..
  Dan jiwa ini damai saat ku didekatnya .
  Gadis itu ,
  Ayu wajahnya nan manis lakunya
  Siapapun tak pernah dapat menolak hadirnya
  Akulah salah satu dari berjuta pria
  Yang telah dibuatnya luluh dan luruh oleh pesonanya
  Sorotan tatap mata
  yang jauh lebih indah dari cahaya bulan
  Sebuah senyum yang lebih manis dari lollipop
  Sentuhan tangganya yang jauh lebih lembut dari sutera dan kaca
  Gadis itu ,
  Sebuah obat sekaligus racun bagi aku
  Dialah yang telah mengobati kehampaah jiwa ini dengan kasihnya
  Namun dia pula yang meracuni aku dengan rindu akan kasihnya
  Gadisku abadikan dirimu hanya untuk aku !
  Andai ia tahu
  Rindu ini yang selalu berjalaga atas dirinya
  Kasih ini yang selalu menantikan hadirnya
  Pabila engkau tahu
  Datanglah usik sepiku
  Pabila engkau tahu
  Dekap erat aku dalam pelukmu
  Kutunggu kau kasih dalam nyata dan mimpi
  Kunanti hadirmu kasih saat ini dan nanti
  Tatap matamu tak kan lepas dari bayanganku
  Senyum darimu berikan padaku sebuah semangat baru
  Puji… terus kau puji…
  Kejar… selalu mengejar…
  Raih… kau ingin raih…
  Secelah kasih, sembilu rindu
  Untukmu lenteraku
  Selamanya akulah juwita hatimu
  Selamanya kuyakini yakinmu atasku
  Mungkinkah lenteramu selalu terangiku
  Ataukah tiba-tiba padam oleh waktu
  Bakar… terus bakar…
  Api cinta dijiwamu
  Bakar… terus kau bakar …
  Segaris rindu akan diriku
  Bakar… dan selamanya membara
  Keyakinanmu akan aku
  Namun kubur... kuburlah selalu
  Ragumu akan usahaku untuk belajar mencintaimu
  Berminggu minggu seakan berabad lamanya
  Tiap detik hanya bayangmu yang berjelaga
  Kau menyiksa aku dalam sakit yang membingungkanku
  Dan menarikku pada sebuah penantian yang tak berujung
  Andai waktu hanya jadi milikku
  Ingin kukendalikan semauku
  Dan menghadirkanmu tuk selalu disisiku
  Jika penantian ini tlah kau tahu
  Datanglah tuk obati sakitku
  Aku yang sendiri disini
  Ditemani sebuah hayalan dan mimpi
  Yang hanya dapat kutulis
  Aku yang merasakan semua ini
  Terpuruk oleh angan dan kenangan
  Di kamarku ini hanya terdengar detak jarum jam
  Yang selalu berganti disetiap detiknya
  Seolah mengejek jiwa ini yang merenung sendiri nghabiskan waktu
  Ingin rasanya kau hadir dan membuyarkan sepi ini
  Dan menjemput aku tuk kembali tetawa bersamamu
  Aku yang saat ini masih berpijak diatas bumi
  Mengharap sebuah cerita indah tuk kembali melangkah
  Yank,
  Kutunggu hadirmu tuk usir gelisahku
  Menelusup dan menyusup dalam jiwa
  Mengoyak dan menghantui sukma
  S… E… P… I…
  Hanya dapat buat aku diam dan bungkam
  S… U… N… Y… I…
  Siapa yang dapat kutemui
  Linangan air mata yang jadi saksi
  Sesak dalam dada yang berkecambuk dijiwa
  Katakan bagaimana aku harus bersikap
  Ucapkan padaku dengan apa kumenepis semua
  Terpasung dalam kehampaan
  Suatu jiwa yang dambakan kebebasan
  Bagai jemari setan yang siap mencakarku
  Mengoyak dan mencabik habis kulitku
  Kuburkan saja dan tanam aku dalam dalam
  Sekalian saja kurasa sepinya kematian
  Tanpa suara, tanpa kata
  Dan hanya dapat kuhabiskan waktu dengan air mata
  Telah lama ku mengubur rasa
  Untuknya aku rela ,
  Bergelimang dosa
  Bermandikan air mata
  Perisai perak tak bisa berontak
  K..O..S..O..N..G...
  Meraka yang meneriakkan
  Mereka pula yang dustakan
  Aku tak lagi bergerak
  Hanya bisa diam.., diam...dan diam..!
  Sang prahara yang perkasa
  Membuat mereka terhanyut dalam tawa
  Salju dalam hatinya
  Tak pernahmeleleh diterjang masa
  Perahuku berlayar
  Terombag ambing badai besar
  Kini ia tak lagi berlabuh
  Yang ada hanya peluh dan pakaian lusuh
  Katakanlah,
  Meski air mata beserta
  Kuncup kembang beranjak remaja
  Gugur dan layu
  Jika terhisap seluruh madunya
  Cinta yang kurasa
  Tlah ia ubah jadi benci
  Rindu yang dulu ia titipkan
  Tlah dirubah jadi dendam
  Cinta yang terlalu dalam
  Menganiaya hatiku mengoyak mimpiku
  Cintanya yang juga terlalu dalam
  Membuatnya tak tahu bagaimana harus memperlakukan aku
  Dulu ia menggali hati ini dalam dalam
  Sangat……. dalam
  Dan menanam sebijih cinta disana
  Kupun melakukan hal yang sama
  Harapan dan cintaku
  Kutancapkan kedasar hatinya
  Kini cinta itu telah tumbuh
  Tumbuh dalam naungan waktu
  Namun waktu pula yang merusak segalanya
  Jadikan cintamu sebagai dendam
  Merubah cintaku jadi benci
  Dialah manusia yang memuja dan mendewakan cinta
  Dan dialah yang juga diperbudak oleh cinta
  Tak tahu dengan apa ia mengartikan sebuah keikhlasan dari cinta
  Yang diketahuinya adalah bagaimana cinta itu mewarnai hidupnya dengan tawa
  Dia yang tak memahami arti sebuah tangis
  Dan tak faham akan arti sebuah pengorbanan
  Dia juga yang tak yakin akan sebuah kepercayaan
  Menjalani hidup tanpa tahu rencana masa depan
  Mengukur kebahagiaan dengan keindahan hari ini
  Selamanya semoga dan semoga !
  Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seorang yang melabuhkan cintanya padaMu agar bertambah kekuatan cintaku pada-Mu.
  Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.
  Ya Allah, jika aku jatuh hati,izinkan aku menyentuh hati seseorang yang hatinya bertaut padam-Mu,agar tak terjatuh aku pada jurang cinta semu
  Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah cintaku padanya agar tidak berpaling dari hati-Mu.
  Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.
  Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu
  Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirMu .
  Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu
  Ya Allah , jika kau halalkan aku merindui kekasihmu-Mu , jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu
  Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kokohkanlah ya Allah ikatannya, kekalkanlah cintanya,tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada- dada kami dengan limpahan keImanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal dijalan-Mu.Amien
  Jika nantinya aku tak dapat memgartikan
  Cintaku..........,
  Cintamu................,
  Ataupun Cinta mereka...........,
  Peluk aku dalam gelapnya malam
  Dekap aku meski kaupun tenggelam.
  Jika cinta itu merengkuhku
  Andai kasih itu memelukku
  Misalkan rindu ini mendekapku
  Maafkan aku
  Gadis kecilku.
  Taman itu
  Wangi bunga
  Sihir angin
  &
  Kemarau ini
  Terasa sejuk menggoda
  Ada yang aku fikirkan sebelum aku berangkat pergi.....,
  Ada yang aku nantikan sebelum aku inginkan mati...........,
  Itulah kau kekasih.
  Sadarkan aku yang mabuk ini
  Ingatkan aku yang tengah tersesat ini
  Tersesat akan sebuah tanya,
  Adakah cinta di hatinya........?Label: Poem (Read The Rest Of This Entry...) | 
               
              
                posted by Little Moron @ 17.31        | 
               
              
                | 
                    
                    
                 | 
               
			    
					  	
			     | 
   
             			
            
            
         | 
         |